Sabtu, 14 Juli 2012

Stasiun Malam

Oleh: Chairul Ardinata


         23.20 tepat kududuk di kursi panjang setasiun Depok baru. Merasakan mala mini yang dingin menusuk tulang lenganku, hembusan angin halus membuat ujung rambut atas kepalaku bergoyang-goyang di hempas angin. Terdengar suara gitar dari kejauhan tepat
anak-anak jalanan berkumpul, suasana keheningan itupun terpejah ketika anak-anak jalanan itu berkumpul dan satu persatu mengeluarkan hasil jeripayah mereka mengamen suara gemercik uang logam yang terbentur lantai setasiun dan mereka hitung serta mereka kumpulkan uang untuk di bagi-bagi dengan rata. Bisikan suara jangkrik bernyanyi seakan menambah indah suasana setasiun di malam hari.
            Di pojok sudut sebelah kiriku selalu terlihat tiga kereta api beristirahat setelah aktivitas antar jemput masyarakat Bogor dan Jakarta, sedikit tertawa di dalam hati kecil ini melihat kereta api itu yang sangat tua di tandai kulit badan kereta api yang banyak sekali terkelupas, tapi mengapa orang-orang sangat mencintai kereta itu, bahkan saking banyaknya orang yang sangat saying sampai-sampai menumpanginya pergi ke ibu kota.
            Malem semakin larut, warung-warung pinggiran setasiun satu persatu mulai menutup usahanya,  terlihat 10 meter dari sebelah kananku di atas kursi kayu panjang anak kecil tertidur pulas, dan di taruh gitar kecil di atas dadanya,  baju putih yang sudah terlihat coklat dan kusam tercampur debu jalanan yang menempel, terasa bergetar dan sedih hati ini melihat anak jalnan kecil itu yang tidak terawat, seakan negri ini menganggap kereta dan setasiun adalah orang tua bagi anak yang malang itu.
            Malam terasa semakin sunyi, setasiun ini seakan menjadi setasiun yang mati dan sunyi hanya terdengar detakan jarum jam berputar di atas kepalaku, semua sudah berhenti beraktivitas, suara-suara jangkrik semakin ramai bernyanyi dan terdengar kepakan  sayap-sayap kelelawar berterbangan.
            Terdengar suara nenek tua yang serasa memanggil nak …. Nak … ?? suara itu semakin keras terdengar tapi entah di mana! Aku berusaha mencari tengok kiri dan kanan tapi tidak terlihat, tiba-tiba ada tangan tua dan keriput di atas pundakku, ternyata nenek tua itu ada di belakangku.
‘’ada apa nek ??’’
‘’nenek ingin tidur di bangku ini’’ (jawab nenek sambil menunjuk kursi yang sedang kududuki)
‘’ohh … silakana tidur disini nek’’, nenek itupun tertidur di atas kursi yang telah aku duduki, dan akupun bergegas pulang kerumahku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar