Aku
berjalan menuju kamar dengan penat, setelah seharian penuh menghabiskan waktu
di kampus. Di depan pintu kamar, aku maembuka resleting tas untuk mengambil
kunci. Aku mengaduk-aduk isi tasku dengan perasaan dongkol. “Di mana sih
kuncinya?”, gerutuku dalam hati. Setelah beberapa menit berkutat dengan tas
yang berisi buku-buku tebal, akhirnya aku menemukan kunci itu. Sebuah kunci
dengan gantungan kepala boneka berwarna biru muda. Aku memutar kunci dan pintu
kamarku pun terbuka. Kamarku memang tidak terlalu lebar, bercat dinding krem
dengan penataan yang sangat rapi. Lantainya pun berwarna krem, sedikit berdebu,
padahal sebelum berangkat kuliah aku sudah menyapunya.
Di dekat pintu, aku meletakkan
sebuah tempat sampah kecil, khusus untuk sampah-sampah kering saja, seperti
kertas, kantong plastic dan sebagainya. Di dinding sebekah kanan belakang pintu
terdapat gantungan baju yang terbuat dari besi stainless. Di situlah aku
menggantungkan baju-baju dan celana kotor yang belum sempat kucuci. Di dekat
tempat sampah, sebuah meja rias yang tidak terlalu tinggi, dilengkapi dengan
dua buah laci dan sebuah kaca berbentuk persegi panjang. Di depan kaca rias,
aku meletakkan alat-alat kosmetikku.
Di ujung kiri kamar, di samping meja
rias, sebuah lemari jati berpintu dua. Bagian kiri untuk pakaian yang digantung
dan bagian kanan untuk pakaian yang dilipat beberapa tas sepatu. Aku menata
lemari dengan sangat rapi. Di depan lemari, sebuah meja belajar. Di atasnya, berjejer
buku-buku yang tertata rapi, sebuah laptop merek Lenovo berwarna biru,
dilengkapi dengan cooling padnya. Meja itu juga dilengkapi sebuah kursi.
Di sebelah lemari, sebuah dipan besi
berukuran 1x2 m, ditutup bad cover bermotif bunga-bunga, dilengkapi sebuah
bantal. Tanpa berganti pakaian, aku langsung merebahkan tubuh di atas kasur
karena kepalaku terasa pusing. Aku memejamkan mata dan tidak lama kemudian aku
pun tertidur pulas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar