Jembatan
ini baru berdiri tiga tahun, namun sepertinya jembatan ini sudah berdiri sejak
puluhan tahun. Jembatan yang kini banyak tempelan spanduk itu, sering di
gunakan untuk para pejalan kaki untuk menyeberangi jalan atau pun digunakan
orang lain untuk menaiki bus. Aku juga sering menggunakannya, sebab halte bus
yang yang aku tumpangi, menyatu dengan jembatan ini.
Sebuah halte yang sangat unik,
karena letaknya bukan di pinggir jalan, namun ditengah jalan. Jika ingin
menaiki / menumpangi bus tersebut, mau tidak mau, kita harus menaiki jembatan
itu, lalu turun di tengah-tengahnya. dan pagi ini aku harus menaiki jembatan
itu. Jika pagi hari, jembatan ini terasa lebih sejuk dan segar, karena hembusan
anginnya masih segar dan belum tercampur dengan banyak asap-asap kendaraan.
Sedangkan jika siang hari, jembatan ini malah tidak enak untuk di lewati, sebab
udara yang panas telah bercampur dengan udara yang kotor serta asap-asap dari
kendaraan.
Ku lihat halte di bawah jembatan
silver itu dengan ruangan yang berbeda dari halte-halte pinggir jalan. Halte
ini terbuat dari bahan besi, alumunium, dan kaca. Di dalam halte ini ada satu
ruangan (loket). Untuk para penumpang yang ingin menaiki bus tersebut, harus
membayar untuk mendapatkan tiket bus tersebut. Dua orang penjaga duduk di dalam
loket itu dan satu penjaga berdiri di luar / samping loket itu. Penjaga di
dalam bertugas bertugas untuk menukar uang penumpang dengan tiket. Penjaga yang
di luarnya akan merobek tiket tersebut menjadi dua, untuk di ambil yang satunya
(seperti di bioskop).
Ketika aku berdiri di depan loket itu,
ku lihat dua gadis cantik menjaga loket itu untuk membantu aku menukar uangku
dengan tiket yang sedang di siapkannya. Ku tukar uangku dengan tiket, lalu ku
berikan kepada seorang petugas yang berdiri di samping loket untuk merobek
tiket yang telah aku dapatkan, agar aku bisa masuk ke dalam halte tersebut.
Begitu aku masuk ke dalam, suasana
di halte ini begitu nyaman, karena halte ini beruangan tertutup. Dengan
kaca-kaca yang besar, aku dapat melihat pemandangan-pemandangan sekitar. Tak
lama kemudian, datanglah sebuah bus yang aku tunggu, bus berwarna abu-abu itu
berhenti di samping halte, lalu terbukalah pintu-pintu halte itu. Lalu seorang
petugas berteriak dari dalam halte tersebut, "Bus Transjakarta tujuan
lebak bulus".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar