Sabtu, 14 Juli 2012

Jembatan, Halte, dan Busway

Oleh: Zainul Muhtarom


Jembatan ini baru berdiri tiga tahun, namun sepertinya jembatan ini sudah berdiri sejak puluhan tahun. Jembatan yang kini banyak tempelan spanduk itu, sering di gunakan untuk para pejalan kaki untuk menyeberangi jalan atau pun digunakan orang lain untuk menaiki bus. Aku juga sering menggunakannya, sebab halte bus yang yang aku tumpangi, menyatu dengan jembatan ini.
            Sebuah halte yang sangat unik, karena letaknya bukan di pinggir jalan, namun ditengah jalan. Jika ingin menaiki / menumpangi bus tersebut, mau tidak mau, kita harus menaiki jembatan itu, lalu turun di tengah-tengahnya. dan pagi ini aku harus menaiki jembatan itu. Jika pagi hari, jembatan ini terasa lebih sejuk dan segar, karena hembusan anginnya masih segar dan belum tercampur dengan banyak asap-asap kendaraan. Sedangkan jika siang hari, jembatan ini malah tidak enak untuk di lewati, sebab udara yang panas telah bercampur dengan udara yang kotor serta asap-asap dari kendaraan.
            Ku lihat halte di bawah jembatan silver itu dengan ruangan yang berbeda dari halte-halte pinggir jalan. Halte ini terbuat dari bahan besi, alumunium, dan kaca. Di dalam halte ini ada satu ruangan (loket). Untuk para penumpang yang ingin menaiki bus tersebut, harus membayar untuk mendapatkan tiket bus tersebut. Dua orang penjaga duduk di dalam loket itu dan satu penjaga berdiri di luar / samping loket itu. Penjaga di dalam bertugas bertugas untuk menukar uang penumpang dengan tiket. Penjaga yang di luarnya akan merobek tiket tersebut menjadi dua, untuk di ambil yang satunya (seperti di bioskop).
            Ketika aku berdiri di depan loket itu, ku lihat dua gadis cantik menjaga loket itu untuk membantu aku menukar uangku dengan tiket yang sedang di siapkannya. Ku tukar uangku dengan tiket, lalu ku berikan kepada seorang petugas yang berdiri di samping loket untuk merobek tiket yang telah aku dapatkan, agar aku bisa masuk ke dalam halte tersebut.
            Begitu aku masuk ke dalam, suasana di halte ini begitu nyaman, karena halte ini beruangan tertutup. Dengan kaca-kaca yang besar, aku dapat melihat pemandangan-pemandangan sekitar. Tak lama kemudian, datanglah sebuah bus yang aku tunggu, bus berwarna abu-abu itu berhenti di samping halte, lalu terbukalah pintu-pintu halte itu. Lalu seorang petugas berteriak dari dalam halte tersebut, "Bus Transjakarta tujuan lebak bulus".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar