Pukul
lima, suatu senja yang indah di kampungku. Matahari yang menembus pohon-pohon
yang ada di atasku hanya memancarkan sisa cahayanya. Pancaran sinarnya begitu
terasa hangat dan lembut di senja ini.
Pada saat seperti sekarang ini,
kulihat para petani sudah bersiap pulang ke rumah mereka masing-masing. Seperti
ingin cepat bertemu dengan istri dan anaknya yang menunggunya di rumah.
Biasanya di pagi hari mereka seperti berlomba-lomba untuk membajak sawahnya
demi menafkahi keluarganya.
Kolam ikan yang tepat berada di
sebelah kiriku di penuhi oleh pemuda yang memang gemar memancing. Maklum, di
saat senja seperti ini memang banyak pemuda yang meluangkan waktunya hanya
untuk memancing. Sangat berbeda jika di siang hari, mereka lebih memilih santai
berada di kamar mereka.
Di sekelilingku yang terdengar jelas
adalah suara adikku yang sedang memainkan permainan di ponselku. Ia dengan seenaknya
berteriak tidak karuan saat ia kalah memainkannya. Sementara ibuku, yang
kira-kira dua puluh meter di belakangku, sedang menyapu halaman belakang. Sejak
siang tadi dedaunan di rumahku sering berjatuhan. Ibuku membiarkannya hingga
sore hari. Karena jika dibersihkan pada siang hari, dedaunan itu akan
berjatuhan lagi.
Hari sudah hampir gelap. Matahari
pun sudah hampir tenggelam. Sementara ibuku telah selesai membersihkan halaman
belakang rumah. Sedangkan adikku sudah masuk ke dalam rumah, hendak bersiap-siap
ke masjid untuk menunaikan shalat maghrib. Aku pun sudah beranjak dari tempat
dudukku setelah menikmati hiruk-pikuknya senja di kampungku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar