Oleh: Julian Pranata
Alunan musik dangdut sudah terdengar menggema,
waktu menunjukan jam tujuh malam. Oh ia, suara itu dari pasar malam di dekat
rumah ku. Kulihat keluar melalui jendela, sudah tampak rombongan akan menuju ke
sana.
Malam ini malam minggu, suatu malam yang sudah
ku tunggu-tunggu. aku sudah merencanakan untuk pergi ke pasar malam itu bersama
kekasihku.
Ding...dong...ding...dong... bunyi jam dinding
di rumahku yang menunjukan bahwa aku harus segera pergi menjemput kekasihku. Sesampainya aku di pasar malam, kekasihku tak berpikir panjang lagi, dia
melesat bagaikan angin, berlari menuju jajaran pakaian-pakaian diskon. Memang
wanita.
Aku bingung, di tengah jalan yang becek aku
berjalan berkeliling. Telingaku sudah tak dapat membedakan suara, karna bising
sekali oleh jajaran pedagang-pedagang CD dan KASET bajakan. Tapi aku mulai
tersenyum melihat anak-anak kecil berlarian sambil memegang gulali menuju
permainan-permainan yang ada di pasar malam ini. Kreket.....kreket..... , bunyi
dari rantai komidi putar yang sudah mulai berkarat, ngeri sekali aku
melihatnya. Memang Indonesia, apapun menjadi layak dan sah di negara ini.
Pikirku sembari tersenyum melihat semua yang ada di pasar ini.
Aku sudah mulai bosan, karena dari pertama
datang hanya kopi hiam merk ternama yang
aku minum. Kekasihku masih sibuk saja memilih pakaian obral. Sejak tadi
pagi, kekasihku memang sudah menandai barang apa saja yang akan ia beli. Waktu
menunjukan jam sebelas malam. Sudah tak nampak lagi anak-anak kecil yang
berlarian. Yang kulihat hanya para pedagang yang menggulung-gulung alas
dagangannya.
Kekasihku sudah mendapatkan apa yang ia ingin.
Dan kamipun bergegas pulang dengan belanjaan yang membuat aku kapok untuk pergi
ke pasar malam bersama kekasihku .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar