Sabtu, 14 Juli 2012

Pasar Malam



Oleh: Julian Pranata

            Alunan musik dangdut sudah terdengar menggema, waktu menunjukan jam tujuh malam. Oh ia, suara itu dari pasar malam di dekat rumah ku. Kulihat keluar melalui jendela, sudah tampak rombongan akan menuju ke sana.
            Malam ini malam minggu, suatu malam yang sudah ku tunggu-tunggu. aku sudah merencanakan untuk pergi ke pasar malam itu bersama kekasihku.
            Ding...dong...ding...dong... bunyi jam dinding di rumahku yang menunjukan bahwa aku harus segera pergi menjemput kekasihku. Sesampainya aku di pasar malam, kekasihku tak berpikir panjang lagi, dia melesat bagaikan angin, berlari menuju jajaran pakaian-pakaian diskon. Memang wanita.
            Aku bingung, di tengah jalan yang becek aku berjalan berkeliling. Telingaku sudah tak dapat membedakan suara, karna bising sekali oleh jajaran pedagang-pedagang CD dan KASET bajakan. Tapi aku mulai tersenyum melihat anak-anak kecil berlarian sambil memegang gulali menuju permainan-permainan yang ada di pasar malam ini. Kreket.....kreket..... , bunyi dari rantai komidi putar yang sudah mulai berkarat, ngeri sekali aku melihatnya. Memang Indonesia, apapun menjadi layak dan sah di negara ini. Pikirku sembari tersenyum melihat semua yang ada di pasar ini.
            Aku sudah mulai bosan, karena dari pertama datang hanya kopi hiam merk ternama yang  aku minum. Kekasihku masih sibuk saja memilih pakaian obral. Sejak tadi pagi, kekasihku memang sudah menandai barang apa saja yang akan ia beli. Waktu menunjukan jam sebelas malam. Sudah tak nampak lagi anak-anak kecil yang berlarian. Yang kulihat hanya para pedagang yang menggulung-gulung alas dagangannya.
            Kekasihku sudah mendapatkan apa yang ia ingin. Dan kamipun bergegas pulang dengan belanjaan yang membuat aku kapok untuk pergi ke pasar malam bersama kekasihku .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar