“Kriiiing”,
bel tanda masuk telah berbunyi, waktu menunjukkan pukul 06.30 wib. Vandi mulai
memasuki lorong sekolah yang masih terlihat gelap, ia bergegas menuju kelasnya.
Sesampainya di depan kelas, ia
membuka pintu kelasnya perlahan. Dilihatnya sebuah jendela yang terbuka. Di
bawah jendela tampak sebuah meja guru yang terbuat dari kayu jati yang terlihat
antik, dibalut dengan taplak putih bermotif kembang. Di atas taplak putih itu
ada sebuah vas bunga dari kayu. Vas bunga tersebut bergambar beberapa kuntum
bunga matahari seperti bunga yang ada di dalamnya. Di sebelahnya tergeletak
sebuah agenda kelas yang terbuka, kalender duduk, dan beberapa spidol berwarna
hitam dan biru.
Vandi lalu memasuki ruang kelasnya
dengan langkah yang lambat. Ia memalingkan pandangannya ke sebelah kanan.
Tampak satu buah whiteboard tanpa coretan, tetapi terlihat kusam karena
bekas spidol yang tak bisa terhapus bersih. Di sebelah kiri whiteboard tersebut
terpasang sebuah tempat spidol berwarna biru muda, serasi dengan warna dinding
yang bercat biru tua. Dan di sebelah kanan whiteboard terpasang satu papan
mading yang penuh dengan tulisan karya siswa.
Kemudian ia memutar pandangannya ke
belakang kelas. Ada sebuah papan triplek berwarna hijau gelap yang bertuliskan,
“Dimana Ada Kemauan, Disitu Ada Jalan”. Di bawahnya terpasang sebuah karton
bertuliskan beberapa kosakata berbahasa Arab dan Inggris. Di kiri kanannya juga
terpasang sebuah denah duduk dan daftar kelompok belajar.
Selain itu, ditatapnya dinding kiri
kelas. Di sana terpasang struktur organisasi kelas dan sebuah daftar regu piket
kelas dari karton berwarna kuning dan dilapisi oleh plastik bening. Ia
berpaling ke dinding kanan. Di sana tergantung papan berisikan daftar
pelajaran. Daftar pelajaran itu disusun tidak berurutan, huruf-hurufnya pun
dari guntingan majalah atau koran. Mungkin agar terlihat lebih mempunyai nilai
seni dan kreatif. Meski tampak tidak rapi, namun cukup bagus dan menarik.
Foto para pahlawan juga turut hiasi
dinding kelas. Foto-foto itu terpampang jelas di atas jendela-jendela kaca nako
yang ada pada sisi kanan dan kiri kelas. Foto-foto itu sama jumlah dan posisi
antara sisi kanan dan sisi kiri, sehingga terlihat rapid an serasi.
Ia menyusuri deretan bangku yang
masih kosong di hadapannya. Dan tanpa kata, Vandi berjalan ke bangkunya sendiri
dan duduk manis disana, sambil menunggu hadirnya teman-teman dan guru yang akan
mengajar pada hari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar