Pukul
empat tiga puluh, suatu senja yang ramai di setu, matahari yang mulai
menghilang dan hanya menyisahkan sisa-sisa sinarnya. Pancaran sinarnya yang
sangat lembut berwarna “ kuning tua “ meninari air setu dan celah-celah daun,
tiupan anginm yang sejuk menambah indahnya setu.
Pada saat seperti sekarang ini,
banyak orang yang berdatangan untuk merasakan indahnya senja di setu, bersama
keluarga dan teman-teman serta pasangannya. Terlihat canda tawa mereka yang
asik di lakukannya di bawah pepohonan dang warung.
Di belakangku terdapat deretan
warung-warung kecil menjual minuman dan makanan kecil yang ramai di singgahi
orang-orang untuk membeli roko, kopo, dan duduk santai ngobrol dan melihat
orang yang lewat.
Tepat di depanku, banyak Bapak-bapak
dan anak muda yang sedang memancing ikan mujair dan ikan gabus. Mereka juga
tidak perlu membayar ikan hasil tangkapannya, karena setu ini punya Negara dan
petugas setupun membolehkan mereka memancing.
Malampun tiba, waarung-warung mulai membereskan
dagangannya dan orang-orang pun satu persatu pulang, orang- orang telah puas
merasakan indahnya setu babakan dan para pedagangpun puas karena dagangannya
habis terjual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar