Sabtu, 14 Juli 2012

Senja di Desaku

Oleh: Lia Herawati


          Pukul lima, Suatu senja yang damai di sebuah desa dengan sambutan ayam berkokok dan iringan suara kicauan burung yang begitu merdu seakan menyambut datangnya pagi. Ku buka jendela kamarku dan ku hirup hembusan yang begitu segar. Dan sisa air hujan yang tersisa di dedaunan. Ketika itu pula aku bergegas dari tempat tidurku dan merapikannya. Ku tata bantal dan boneka-boneka dengan rapi. Dan ku ambil sapu lalu ku bersihkannya. Sampah-sampah ku taruh pada tempatnya.
            Saat ku keluar kamar, mama sudah menyiapkan makanan untuk sarapan pagi.Hmm yummy,lalu kita makan bersama-sama. Setelah selesai ku membantu untuk merapikan meja makan yang berantakan dan mengelapnya, dan menata buah dan piring. Dan sambutan pagi yang ceria dari nenekku.
            Hari pun mulai panas, matahari pun mulai menyengatkan tubuh ini. Jam pun telah menunjukan pukul Sembilan. Adik sepupuku mengajak ke sawah dan melihat air terjun. Di sawah ku membantu kakek untuk menanam padi. ”sudah jangan di sini”! kata kakekku. Lalu sepupuku mengajak untuk melihat air terjun yang begitu indah dan terkenal di desaku. Sungguh indah pemandangannya, di Jakarta tidak seperti ini.
            Ketika ku berjalan, kaki ku terkilir sehingga ku terjatuh dan sepupuku yang menolongnya. Kami pun tertawa lepas mengingat kejadian tadi. Lalu kami pun bersepakat untuk  kembali ke rumah. Cuaca pun sudah gelap akhirnya kita pulang bersama. Sesampainya di rumah ibu pun berkata “ko bajunya basah”? kami pun tersenyum dengan pertanyaan ibu. “ya sudah makan dulu sana”! ibu sudah menyiapkan. Kami pun makan bersama.
            Ketika malam pun datang,kulihat gemerlapan bintang dan pancaran sinar yang begitu terang. Jam pun menunjukan pukul sepuluh malam, dan akhirnya kita bergegas untuk tidur , sebelum tidur kita cuci kaki dan berwudhu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar