Pukul lima, Suatu senja yang damai di sebuah desa dengan
sambutan ayam berkokok dan iringan suara kicauan burung yang begitu merdu
seakan menyambut datangnya pagi. Ku
buka jendela kamarku dan ku hirup hembusan yang begitu segar. Dan sisa air
hujan yang tersisa di dedaunan. Ketika itu pula aku bergegas dari tempat
tidurku dan merapikannya. Ku tata bantal dan boneka-boneka dengan rapi. Dan ku
ambil sapu lalu ku bersihkannya. Sampah-sampah ku taruh pada tempatnya.
Saat ku keluar kamar, mama sudah
menyiapkan makanan untuk sarapan pagi.Hmm yummy,lalu kita makan bersama-sama.
Setelah selesai ku membantu untuk merapikan meja makan yang berantakan dan
mengelapnya, dan menata buah dan piring. Dan sambutan pagi yang ceria dari
nenekku.
Hari pun mulai panas, matahari pun
mulai menyengatkan tubuh ini. Jam pun telah menunjukan pukul Sembilan. Adik sepupuku mengajak ke sawah dan melihat
air terjun. Di sawah ku membantu kakek untuk menanam padi. ”sudah jangan di
sini”! kata kakekku. Lalu sepupuku mengajak untuk melihat air terjun yang
begitu indah dan terkenal di desaku. Sungguh indah pemandangannya, di Jakarta
tidak seperti ini.
Ketika ku berjalan, kaki ku terkilir
sehingga ku terjatuh dan sepupuku yang menolongnya. Kami pun tertawa lepas mengingat
kejadian tadi. Lalu kami pun bersepakat untuk
kembali ke rumah. Cuaca pun sudah gelap akhirnya kita pulang bersama.
Sesampainya di rumah ibu pun berkata “ko bajunya basah”? kami pun tersenyum
dengan pertanyaan ibu. “ya sudah makan dulu sana”! ibu sudah
menyiapkan. Kami pun makan bersama.
Ketika malam pun datang,kulihat gemerlapan
bintang dan pancaran sinar yang begitu terang. Jam pun menunjukan pukul sepuluh
malam, dan akhirnya kita bergegas untuk tidur , sebelum tidur kita cuci kaki
dan berwudhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar