Sabtu, 14 Juli 2012

Pagi di Desaku

Oleh: Hikmiyyah


         Pukul tujuh, suatu pagi yang sejuk di desaku. Matahari yang berada di ufuk timur memancarkan cahaya melalui sela-sela daun jambu di depan rumahku. Pancaran sinar yang biasanya tajam menyengat di siang hari bulan Agustus, sekarang terasa hangat dan lembut. Jumat pagi yang damai, anak-anak kecil sedang bermain di lapangan di samping rumahku. Mereka tidak pergi ke sekolah karena hari libur sekolah di desaku adalah Jumat, bukan Minggu.
            Terdengar suara gelak tawa mereka yang begitu ceria. Dari toa masjid yang terletak kira-kira tujuh puluh meter di samping kiri rumahku, terdengar lantunan ayat-ayat al-Quran dibaca beberapa remaja masjid yang mengikuti kegiatan rutin tadarrus Jumat. Aku mendengarkannya sambil duduk di teras rumah dengan perasaan tenang dan damai. Jalan kampung yang tidak pernah sepi dari lalu-lalang kendaraan bermotor dan tidak bermotor ataupun pejalan kaki, sekarang pun sudah mulai ramai.
            Para petani laki-laki dan perempuan, berangkat menuju ke sawah dengan giat sambil membawa peralatan serta bekal makanan dan minuman. Para pekerja kantor dan pabrik pun memulai hari mereka dengan penuh semangat. Burung-burung gereja berterbangan di antara dedaunan pohon jambu. Sesekali terdengar kokok ayam jantan, suara deru motor penduduk yang mulai berangkat kerja. “Nay, jangan duduk melamun saja di situ! Ambil sapu dan bersihkan halaman rumah!”, seru ibuku dari belakang rumah yang membuyarkan lamunanku tentang desa yang indah ini.
            Aku pun beranjak dari dudukku dan memenuhi panggilan Ibu. Dalam hati aku berharap suatu saat nanti aku akan mengabdi pada desa ini dan berusaha untuk memajukannya agar tidak terkalahkan oleh globalisasi yang sedang merajalela sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar